Perkenalkan,
nama samaranku Edi dari kota Y, aku adalah penggemar wanita paruh baya. Usiaku saat ini
22 tahun. Aku akan menceritakan kisah seksku bersama mbah Yatti dan mbah Ijah. Ketika itu aku
masih berusia 16 tahun.
Mbah Yatti
adalah istri kedua dari mbah Hardjo. Mbah Hardjo adalah adik dari mbah putriku.
Usia mbah Hardjo saat ini 75 tahun. Sedangkan mbah Yatti usianya 50 tahun.
Anaknya ada 3 perempuan semua. 2 sudah berkeluarga sedangkan 1 masih SMA. Mbah
Yatti itu mempunyai tubuh yang montok, kulitnya seperti wanita – wanita dari
jawa, dan punya tetek yang besar (BH 40DD).
Suatu hari
aku datang ke rumah mbah Hardjo...
“Eh ada
Edi... Sini masuk nak... Mbah Yatti kangen lho sama kamu... Kapan datangnya...???”
“Baru
kemarin sore mbah... Sama mama dan papa...”
Kemudian
aku dan mbah Yatti duduk. Aku duduk di sampingnya. Tangannya memegangi
tanganku.
“Wah... Ternyata kamu
sudah besar rupanya... Sudah perjaka dan gagah... Kamu sudah punya pacar...???”
“Baru
putus mbah...”
“Lho kok
putus... Sayang sekali... Memangnya putusnya kenapa cah ganteng...???? Kamu tidak ngajak pacarmu begituan kan...????”
“Ah mbak
putri bisa saja... Biasalah mbah... Aku lebih suka wanita yang lebih tua...”
“Lho...
Wanita yang lebih tua kayak gimana ta...”
“Yaaa...
Kayak mbah putri ini...”
“Eeaallaaahh...
Mbah putri kan sudah tua... Sudah banyak yang keriput dan kendor sana sini…”
“Nah itu dia
mbah... Disitulah letak kenikmatannya... Ibarat buah yang sudah matang, makin matang makin menantang...”
“Eeeaallaaahhh... Dasar Bocah gemblung... Sekarang sudah pintar bicara dan merayu yaaaa...“
FOTO MBAH YATTI
Mbah Yatti
mengelus punggungku.
“Wah... Mbah
putri elusan tangannya lembut banget...”
“Aaahh...
Masaaaa... Yang beneeerrrr...”
“Bener
mbah... Sueerr tak kewer - kewer... Hheehhheehhee... Apalagi kalau mbah putri mengelus yang ini nih...”
“Yang ini
manaaaa ta...”
“Ini lho
mbah... Bagian yang paling bawah... Rasanya kok jadi sempit celananya gimanaaa gitu ya mbah...”
“Pppsssttttt...
Jangan keras-keras... Nanti ada yang dengar lho... ”
“Oh iya
mbah... Aku lupa... Hheeeheeeheee...”
Dengan membisikkan
sebuah kata ajakan dan tanda dari matanya. Mbah Yatti mengajakku ke kamar
mandinya yang sepi dan sunyi.
“Coba buka
celanamu Ed... Mbah mau lihat tititmu...”
“Iiii....
Iiiyaaa mbah....”
Aku pun
melorotkan celanaku. Dan kontolku keluar dari sangkarnya.
“Aduuuhh...
Cah ganteng... Tititmu itu kok sudah tegang saja sih... Mbah putri kan belum
telanjang...”
“Iyaa
mbah... Soalnya aku deg - degan banget nih...”
“Tenang
cah ganteng... Itu adalah hal yang wajar kok karena kamu pertama kalinya... Tenang ya nduk... Nanti mbah
putri ajarin kok...”
“Iiii... Iiiya mbah
mbah...”
Tanpa
banyak
bicara, mbah Yatti mengulum kontolku dengan lahapnya. Mungkin karena
sudah lama
sehingga nafsu birahinya sangat menggebu-gebu. Tetapi tiba-tiba...
Criittt...
Criittt... Criittt... Seeerrrrr... Air maniku tumpah memenuhi rongga
mulutnya. Kemudian mbah Yatti membersihkan air maniku dari mulutnya.
“Maaf yaaa
mbah... Aku langsung cepet keluar...”
“Oooohhh... Yooo ndak
apa-apa ta... Namanya juga baru pertama kali... Itu wajar cah ganteng...”
FOTO MBAH IJAH
Lalu mbah
Yatti membuka seluruh pakaiannya. Tubuh montok dengan tetek dan pantat yang
besar berada di hadapanku. Tanpa banyak kata-kata lagi, seperti adegan di
film-film porno yang aku tonton, aku pun menciumi bibirnya, menciumi teteknya,
mengenyot pentilnya, menciumi perut dan pantatnya serta terakhir menjilati
memeknya. Awalnya jijik tapi karena nafsuku yang juga menggebu-gebu akhirnya terasa nikmat juga. Kujilati
memeknya sambil kumainkan klitorisnya. Ahhh, sungguh nikmat rasanya.
Mbah Yatti
mengangkat kaki kanannya ke atas bak mandi dan menuntun kontolku untuk masuk ke
dalam memeknya. Dannn.... Blesssss.... Kupompa maju mundur.... Kami berciuman dan tak
lupa kukenyot pentilnya yang sudah mengeras itu....
“Ahhh.... Uuuhhh....
Ayoooo Ed.... Dorong terussss.... Sshhhh.... Pompa terussss.... Aahhhh... Uuffffhhhh... Ssshhh...”
“Iiiyaaa
mbaahhh... Aahhh...”
Kontolku
seperti dijepit-jepit nikmat rasanya di dalam liang yang hangat itu. Tak berapa
lama mbah Yatti orgasme dan diikuti dengan air maniku yang tumpah ruah di dalam
memeknya. Criittt.... Criittt.... Criiittt.... Seerrrrr....
Mbah Yatti
memelukku dengan erat sambil menciumi bibir dan pipiku. Setelah itu kami
kembali memakai pakaian masing-masing. Kami pun kembali mengobrol di ruang tamu
seperti tidak ada kejadian apa - apa. Yaaaa... Kejadian yang penuh kenikmatan itu.
Aku
menelpon papa dan mama yang sedang berada di rumahnya nenek (kakaknya mbah
Hardjo). Aku minta ijin untuk menginap di rumahnya mbah Hardjo. Lalu mbah Yatti
bicara kepadaku....
“Kamu
sudah bilang mau bermalam di sini....???”
“Sudah
mbah.... Dan mereka mengijinkan aku bermalam di sini....”
Mbah Yatti
masuk ke dalam kamar dan keluar hanya menggunakan handuk putih. Tampak tubuh
montoknya dan teteknya yang besar ingin keluar dari handuknya.
“Mbah mau
mandi.... Kamu mau ikut ndak...???”
“Mau dong
mbah....”
“Ya
sudah.... Ambil handuk sana di kamar.... Tadi sudah mbah siapkan kok....”
“Iyaaa
mbah...”
Aku menuju
kamar yang ditunjukkan mbah Yatti dan mengambil handuk yang sudah disiapkannya.
Kubuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat dan kupakai handuk melilit
pinggangku. Tampak handukku menonjol karena kontolku langsung ngaceng.
Kubergegas ke kamar mandi. Di sana mbah Yatti sudah menungguku.
“Buka dong
handuknya.... Lihat tuh burungmu sudah membuat handukmu sesak...”
Ku buka
handukku dan terlihat kontolku yang sudah mengeras berdiri.
“Nahh...
Sekarang kamu mandiin mbah dan nanti mbah akan gantian mandiin kamu....”
“Iyaaa....
Siaapp mbah...”
Kami
saling menyabuni. Kusabuni teteknya yang besar itu sambil kuremas-remas.
Kemudian turun ke perut dan paha. Terakhir adalah bagian selangkangannya.
“Sekarang
gantian mbah yang menyabuni kamu...”
Setelah
semua tubuhku penuh sabun....
“Kayaknya tititmu itu perlu di tidurkan biar ndak tegang...”
Kontolku
pun digosok - gosok dengan tangannya mbah Yatti yang penuh dengan sabun. Tak
berapa lama... Criittt... Criittt... Criiittt... Air maniku jatuh ke lantai...
“Bagaimana...
Nikmat ndak cah ganteng...???”
“Waahh...
Nikmat banget mbah...”
Kami pun
menghilangkan sabun di badan dengan air. Acara mandipun selesai. Selepas mandi,
mbah Yatti mengurusi mbah Hardjo. Sedangkan aku berkeliling di lingkungan rumah
mbah Hardjo. Tiba-tiba ada yang memanggilku, ternyata dia adalah mbah Ijah.
Usia mbah Ijah lebih muda dari mbah Yatti hanya terpaut 5 tahun. Biasanya jika
di kampung sudah punya cucu maka akan dipanggil mbah. Mbah Ijah sudah punya 5
orang cucu. Tubuhnya masih aduhai karena sering minum jamu alami sama halnya
dengan mbah Yatti. Perbedaannya hanya satu, kulit mbah Ijah lebih gelap dari
mbah Yatti.
“Le...
Cah bagus... Sopo jenengmu nduk...??”
“Saya Edi
mbah... Cucunya mbah Hardjo...”
“Ealah...
Yang dulu masih imut-imut itu ta... Saiki wis guide yo... Sini main di rumahnya
mbah...”
“Iyaaa
mbah...”
Aku pun
menghampiri mbah Ijah yang berdiri di depan pintu rumahnya.
“Kamu bisa
bahasa jawa nduk...”
“Bisa mbah
tapi agak kasar...”
“Ealah...
Rapopo... Yoweisss... Pakai bahasa Indonesia ae yo... Sini masuk nduk...”
“Iya
mbah...”
Aku di
ajak masuk ke dalam rumahnya. Mbah
“Aku ini
masih saudara dengan mbah Yatti lho... Ndak usah sungkan yo...”
“Iya
mbah...”
“Wah...
Wah... Sudah perjaka kamu ya... Sudah punya pacar...???”
“Belum
mbah... Koq rumah sepi... Emangnya pada ke mana mbah...???”
“Ohhh...
Semua pada merantau ke Jakarta cah ganteng...”
“Trus mbah
Ijah tinggal di sini sendirian...???”
“Ada suami
mbah, tapi lg sakit sama kayak mbahmu Hardjo itu...”
“Ohhhh…”
“Lho kok
malah oh... Ayooo sini masuk nduk...!”
“Iiii...
Iyaaa mbah...”
Aku pun
masuk rumah dan mengikuti mbah Ijah dari belakang. Kulihat tubuh mbah Ijah yang
montok, teteknya besar, dan pantatnya yang sungguh menggoda. Tak sengaja,
ketika berjalan, tangan mbah Ijah menyenggol kontolku. Kemudian kubalas dengan
menabok pantatnya yang besar itu.
“Ehhhh...
Kamu genit ya menabok pantat mbah...”
“Lagian
mbah duluan sih yang nyenggol2 anuku...”
“Yoweis...
Mbah minta maaf... Kamu mau kan maafin mbah, soalnya, mbah sudah lama rindu
dengan benda yang satu itu...”
“Ohhh...
Yaaa... Gak apa – apa juga sih mbah... Aku maklum kok...”
Kami
ngobrol – ngobrol di ruang tamu. Mbah Ijah masuk ke dapur dan keluar membawakan
minum serta makanan kecil. Ketika menaruh minum dan makanan kecil ke atas meja,
kulihat teteknya mbah Ijah besar menggantung tertahan oleh BHnya yang berwarna
hitam. Kontolku mulai beraksi. Celanaku mulai mengembang. Mbah Ijah tampaknya
sudah mengetahui akan hal tersebut. Kemudian mbah Ijah berkata...
“Pssttt...
Nduk... Gak usah tegang begitu...”
“Ahhh...
Tegang kenapa mbah... Biasa aja kok...”
“Halah...
Emangnya mbah gak tau apa... Tuh celanamu jadi menonjol begitu... Namanya apa
kalau gak tegang...”
“Hhehhehe...
Iya mbah...”
“Hayoooo...
Tadi kamu lihat apa... Lihat teteknya mbah yaaa...”
“Gak kok
mbah...”
“Aaahhh jangan
bohong... Tapi gak apa – apa... Itu tandanya kamu laki – laki normal... Tapiiii...”
“Tapi
kenapa mbah...???”
“Tapiii...
Kalau tidak disalurkan gak baik tuh...”
“Maksud
mbah...???”
“Yoweis...
Sini ikut mbah ke dalam yuk...”
“Iiii...
Iiyaaa mbah...”
Aku diajak
mbah Ijah ke kamar belakang yang dekat dengan dapur dan kamar mandi. Mbah Ijah
meraih tanganku.
“Sini
nduk... Naahhh... Kalau di sini aman... Sekarang buka celanamu...”
“Iiii...
Iiiyaaa mbah...”
Kemudian
aku membuka celanaku. Mbah Ijah tampak tersenyum melihat kontolku tegang
mengeras. Mbah ijah berjongkok dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya.
Kontolku penuh dengan air liurnya dan terasa nikmat. Tak berapa lama.
Criittt... Criittt... Serrrrr... Air maniku tumpah di mulutnya mbah Ijah.
Mbah Ijah
keluar ke kamar mandi dan kembali lagi ke dalam kamar. Sepertinya dia sudah
membersihkan mulutnya yang tadi penuh dengan air maniku. Setelah itu mbah Ijah
mengajakku berciuman. Bibir kami saling menyatu dan menyedot - nyedot. Lidah
kami saling bercengkrama. Lalu mbah Ijah melucuti BH dan kain yang menutupi
perut bagian bawahnya. Wowww. Ternyata, mbah Ijah tidak memakai celana dalam.
Terpampang sudah tubuh telanjang mbah Ijah. Tanpa diberi komando, aku langsung
menyergap teteknya yang besar itu. Kuremas – remas sambil ku kenyot – kenyot pentil
besar berwarna cokelat itu. Emmm, rasanya sungguh nikmat. Kuciumi leher, perut
dan paha mbah Ijah. Setelah itu kurebahkan mbah Ijah di tempat tidurnya. Kubuka
pakaianku dan kutindih tubuh mbah Ijah. Kuciumi bagian – bagian tubuhnya yang
menurutku hot dan seksi.
“Aaahhhh...
Oohhhh... Ayooohhh masukan tititmu nduk...”
Tanpa basa
– basi kumasukkan kontolku ke dalam memeknya mbah Ijah. Biarpun sudah nenek –
nenek tapi kemampuan jepitan memeknya mbah Ijah masih membuat kontolku berdegup
keras. Kemudian kubalikkan tubuh mbah Ijah. Kuciumi punggung dan pantatnya.
Pantatnya kutabok karena sungguh menggemaskan. Kembali kumasukkan kontolku ke
dalam memeknya. Jepitan memeknya mirip dengan mbah Yatti. Di dalam terasa
hangat dan kontolku mulai terasa ingin mengeluarkan semua isinya. Tak berapa
lama. Criittt... Criittt... Serrrrr... Air maniku keluar di memeknya mbah Ijah.
Kemudian disusul mbah Ijah yang orgasme. Ternyata kita orgasme bersama – sama.
Pada saat itu aku melakukannya 3x alias 3 ronde dengan mbah Ijah. Aku tiduran
dan mbah Ijah memiringkan tubuhnya. Ia pun memelukku dan mencium bibirku dengan
mesranya.
“Nduk...
Kamu hebat... 3 ronde sama si mbah yang sudah tua ini...”
“Iyaaa
mbah... Tapi mbah masih hot dan seksi kok...”
“Ahhh...
Kamu bisa saja... Nanti kalau kamu kepengen... Main saja ke rumah mbah yaaaa...”
“Oke
mbah...”
Aku pun
ketiduran karena kelelahan. Ketika bangun ternyata mbah Ijah sudah tidak ada di
tempat tidur. Kucari ke sana kemari dan akhirnya ketemu di belakang rumahnya
sedang mengambil kayu bakar.
“Mbah...
Aku pulang dulu yo...”
“Ohhh...
Iyaaa nduk... Ingat pesan mbah tadi yo...”
“Iyooo
mbah...”
Aku
kembali ke rumahnya mbah Yatti. Aku duduk di ruang tamu. Mbah Yatti keluar dari
kamar mbah Hardjo.
“Lho Ed...
Tadi mbah cari – cari kamu ke mana – mana...”
“Iyaaa
mbah... Tadi aku jalan – jalan sekitar sini...”
“Ohhh... Kamu
sudah makan belum...???”
“Belum
mbah...”
“Yoweis sudah
tak siapi di meja makan... Sana makan dulu...”
“Iyooo
mbah...”
Tak ada
kejadian apa – apa karena ada tamu yang datang hingga larut malam. Keesokan
harinya ketika kubangun tampak ada yang mengobrol di dapur. Aku menuju ke dapur
dan ternyata ada mbah Yatti bersama mbah Ijah sedang asik mengobrol.
“Tamu yang
semalam sudah pulang mbah...???”
“Iyaaa
sudah... Pagi – pagi tadi pulangnya...”
“Ed...
Mbah Ijah sudah cerita soal kamu...”
“Soal apa
mbah...???”
“Yaaaaa...
soal kemarin masa kamu lupa...”
“Ohhh...
Iyaaa... Iyaaaa...”
Kemudian
mbah Yatti dan mbah Ijah meraih tanganku. Mereka berdua mengajakku ke dalam
kamar.
“Mbah...
Pagi – pagi kok mau ajak aku begituan...”
“Sudaaahh...
Kamu tenang saja...”
Mbah Yatti
mendorongku ke tempat tidur sedangkan mbah
Ijah meloroti baju dan celanaku. Lalu mereka berdua melepaskan pakaiannya masing – masing. Kedua tubuh wanita tua yang punya cucu itu memelukku dan kami pun berciuman. Setelah itu aku disodorkan tetek – tetek mereka yang sudah turun tapi besar menantang. Kuremas – remas dan kuciumi tetek mereka serta kukenyot – kenyot dan kumaini pentil mereka dengan lidahku.
Ijah meloroti baju dan celanaku. Lalu mereka berdua melepaskan pakaiannya masing – masing. Kedua tubuh wanita tua yang punya cucu itu memelukku dan kami pun berciuman. Setelah itu aku disodorkan tetek – tetek mereka yang sudah turun tapi besar menantang. Kuremas – remas dan kuciumi tetek mereka serta kukenyot – kenyot dan kumaini pentil mereka dengan lidahku.
Mereka
berdua turun ke bawah dan tampak bergantian mengulum serta menjilati kontolku.
Mereka berdua duduk tepat berada di samping kontolku. Mbah Ijah yang pertama
merasakan kedahsyatan kontolku. Kemudian disusul secara bergantian dengan mbah
Yatti.
Lalu
mereka berdua tiduran. Aku bangun dan jari tangan kananku masuk ke dalam
memeknya mbah Yatti sedangkan jari tangan kiriku masuk ke dalam memeknya mbah
Ijah. Karena mereka berdua sudah menginjak usia yang tidak subur lagi maka
orgasme agak lama. Setelah mereka berdua orgasme, kini, giliran kontolku yang
masuk ke dalam memek mereka. Kali ini yang mendapat giliran pertama adalah mbah
Yatti kemudian disusul mbah Ijah secara bergantian. Keringat bercucuran di
sekujur tubuh kami. Dan ketika berada di memeknya mbah Yatti, kontolku mulai
memancarkan cairan spermanya. Criiittt... Criiiittt... Serrrrr...
“Mau
nambah gak cu...???”
“Iyaaa
dong mbah... Masa gak nambah... Makan saja bisa nambah masa beginian gak mau
nambah... Hheeehhheehhheee”
Seperti
biasanya, sampai 3 ronde aku melayani nafsu mereka berdua. Dan, hingga masa
liburanku berakhir, ketika nafsu ini memuncak, aku melampiaskan nafsu birahiku
bersama mbah Yatti dan mbah Ijah.
Selesai.
0 komentar "Tempik mbah Yatti dan Mbah Ijah ueenakk tenan..", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar